Kamis, 30 Oktober 2014

Berawal Dari Sebuah Mimpi

“Yang bisa dilakukan seorang makhluk bernama manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya adalah mereka hanya tinggal mempercayainya”  (Dhonny Dirgantara-5 CM)
           
Aku adalah orang kecil yang selalu mempunyai impian-impian yang bisa dikatakan terlalu muluk. Di tengah kehidupanku yang masih belum menentu dan pekerjaan yang masih saja belum jelas, otakku terus saja mengangankan hal yang terlalu tinggi untuk diwujudkan. Tapi bukankah di dunia ini semua hal bisa terjadi? Aku percaya aku bisa mewujudkan mimpi. Bukankah aku  pun pernah mewujudkan sebuah impian yang bagiku sulit (bagi kebanyakan orang mungkin itu hal yang mudah), yaitu pergi ke Rinjani? Aku berhasil membuat hal itu menjadi nyata, walau konsekuensi yang aku dapat adalah kehilangan pekerjaan.

Dan kali ini aku mempunyai sebuah impian, yaitu merintis sebuah rumah baca di kampungku. Ya, selain naik gunung, salah satu kesukaanku yang lain adalah membaca buku. Walaupun buku-buku yang kubaca adalah buku yang dianggap kurang penting bagi sebagian orang, tapi bagiku pribadi itu adalah hal yang menyenangkan. Ketika aku punya banyak waktu luang dan aku gunakan untuk membaca, aku merasa waktuku tidak terbuang percuma dalam hidup. Pasti ada suatu hal, walau sekecil apapun, yang bisa didapat dari membaca. 

Di kampungku memang belum terdapat sarana seperti perpustakaan atau rumah baca. Selama ini aku bisa mendapatkan buku dengan meminjam secara gratis dari sebuah perpustakaan umum di kota yang letaknya jauh dari kampungku. Memang di sekolah-sekolah atau kampus pasti ada sebuah perpustakaan. Tapi aku berpikir, bagaimana dengan masyarakat umum yang ingin membaca tapi tidak mampu membeli buku sepertiku? Itulah salah satu alasan kenapa aku ingin ada sebuah rumah baca di kampungku.

Terus terang dari dulu aku terinspirasi oleh Gola Gong dengan Rumah Dunia-nya. Tapi aku sadar akan kemampuanku yang terbatas. Jadi aku hanya ingin melakukan suatu hal yang sesuai kadar kemampuanku, merintis rumah baca yang sederhana tapi bisa bermanfaat. Sebagian temanku bilang aku akan sulit mewujudkannya, karena minat baca masyarakat di kampungku cukup rendah. Bahkan ada juga teman yang malah mencibirku. Tetapi menurutku, justru karena rendahnya minat baca itulah yang membuatku bersemangat untuk mewujudkan rumah baca. Aku berharap rumah baca tersebut akan menjadi tempat bagi orang-orang di kampungku mengakses buku-buku bacaan. Walaupun dengan kemampuan terbatas dan dengan dukungan dari sedikit teman, aku yakin akan tetap bisa mewujudkan impian ini. Entah kapan pun itu.


Aku teringat Dhonny Dirgantara, bahwa yang perlu dilakukan manusia terhadap mimpi hanyalah tinggal mempercayainya. Maka aku akan tetap mempercayai mimpi-mimpiku dan terus berusaha untuk membuatnya menjadi nyata. Aku hanya ingin membuat hidupku sedikit lebih bermakna. Seperti kata-kata Albert Einstein, “bekerja keraslah, bukan untuk menjadi sukses, tapi untuk menjadi bermakna”

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Posts

Text Widget